Oleh: Khoirul Taqwim
Keberadaan masyarakat pribumi merupakan realita yang tak dapat di ingkari, baik dalam pola piker maupun dalam mengambil tindakan, Sehingga Jaringan Islam Tradisional merupakan wajah pribumi yang berada di nusantara, untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat, tanpa menghilangkan nilai-nilai yang di agungkan dalam kehidupan masyarakat, bukan malah menghakimi dan menyudutkan keberadaan masyarakat pribumi, apabila terdapat suatu pemikiran yang tidak sesuai dengan budaya barat maupun budaya lain.
Ketika masyarakat pribumi mulai mengalami interaksi dengan bangsa lain, tidak serta merta masyarakat pribumi menerima ide-ide mereka, tetapi perlu di saring, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, agar tidak mengalami regresi nilai-nilai luhur masyarakat pribumi atau tidak tertipu dengan gagasan mereka yang seolah-olah membantu masyarakat setempat, padahal tipu daya sedang beraksi dengan tujuan pengambilan kekayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat pribumi.
Struktur masyarakat pribumi ditandai oleh dua ciri-ciri yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat pribumi ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah. Perbedaan-perbedaan itu sering kali disebut sebagai ciri masyarakat prbumi yang bersifat majemuk, Sehingga masyarakat pribumi yang berada di kawasan nusantara mengalami keberagaman yang disebabkan factor geografis maupun factor-faktor lainnya.
Dalam membangun jati diri pribumi dibutuhkan kebijakan yang arif, agar tepat sasaran dalam membangun masyarakat yang lebih beradab dan bangkit dari keterpurukan, maka kebijakan itu diantaranya adalah:
Pertama, Niat yang tulus dari sebuah tindakan yang berusaha keras menjaga dan memajukan keberadaan masyarakat pribumi.
Kedua, Berusaha dengan mewujudkan keadilan social di tengah-tengah keberagaman masyarakat pribumi.
Ketiga, Merencanakan strategi yang berpihak pada kepentingan masyarakat secara luas, bukan kepentingan segelintir masyarakat.
Keempat, Menyaring adanya ide-ide luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sebab ide destruktif tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kolonialisme apabila dibiarkan berkembang dan berbuat sewenang-wenang terhadap keberadaan masyarakat pribumi, untuk itu diperlukan analisa secara fakta bahwa pemikiran luar yang cenderung menghilangkan karakter masyarakat pribumi, tentu itu menyalahi konsep yang dibangun masyarakat pribumi dan menghilangkan eksistensi masyarakat secara luas, disitulah letak pengkaburan kebenaran dalam menyikapi keberadaan masyarakat tradisional yang saat ini cenderung jadi bahan obyek dan penghakiman.
Kelima, pengaruh liberalisasi sangat merugikan masyarakat, sebab yang ada system hukum rimba (siapa yang menang dia yang berkuasa) cenderung menyesatkan masyarakat pribumi dan menghilangkan nilai-nilai tepa selira (tenggang rasa) ditengah-tengah kehidupan masyarakat, dari tulisan diatas tentu liberalisasi menyalahi karakter masyarakat pribumi yang lebih arif dalam mengambil kebijakan.
Keberadaan masyarakat pribumi merupakan realita yang tak dapat di ingkari, baik dalam pola piker maupun dalam mengambil tindakan, Sehingga Jaringan Islam Tradisional merupakan wajah pribumi yang berada di nusantara, untuk memajukan taraf kehidupan masyarakat, tanpa menghilangkan nilai-nilai yang di agungkan dalam kehidupan masyarakat, bukan malah menghakimi dan menyudutkan keberadaan masyarakat pribumi, apabila terdapat suatu pemikiran yang tidak sesuai dengan budaya barat maupun budaya lain.
Ketika masyarakat pribumi mulai mengalami interaksi dengan bangsa lain, tidak serta merta masyarakat pribumi menerima ide-ide mereka, tetapi perlu di saring, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, agar tidak mengalami regresi nilai-nilai luhur masyarakat pribumi atau tidak tertipu dengan gagasan mereka yang seolah-olah membantu masyarakat setempat, padahal tipu daya sedang beraksi dengan tujuan pengambilan kekayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat pribumi.
Struktur masyarakat pribumi ditandai oleh dua ciri-ciri yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan-perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat pribumi ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah. Perbedaan-perbedaan itu sering kali disebut sebagai ciri masyarakat prbumi yang bersifat majemuk, Sehingga masyarakat pribumi yang berada di kawasan nusantara mengalami keberagaman yang disebabkan factor geografis maupun factor-faktor lainnya.
Dalam membangun jati diri pribumi dibutuhkan kebijakan yang arif, agar tepat sasaran dalam membangun masyarakat yang lebih beradab dan bangkit dari keterpurukan, maka kebijakan itu diantaranya adalah:
Pertama, Niat yang tulus dari sebuah tindakan yang berusaha keras menjaga dan memajukan keberadaan masyarakat pribumi.
Kedua, Berusaha dengan mewujudkan keadilan social di tengah-tengah keberagaman masyarakat pribumi.
Ketiga, Merencanakan strategi yang berpihak pada kepentingan masyarakat secara luas, bukan kepentingan segelintir masyarakat.
Keempat, Menyaring adanya ide-ide luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, sebab ide destruktif tersebut dapat mengakibatkan terjadinya kolonialisme apabila dibiarkan berkembang dan berbuat sewenang-wenang terhadap keberadaan masyarakat pribumi, untuk itu diperlukan analisa secara fakta bahwa pemikiran luar yang cenderung menghilangkan karakter masyarakat pribumi, tentu itu menyalahi konsep yang dibangun masyarakat pribumi dan menghilangkan eksistensi masyarakat secara luas, disitulah letak pengkaburan kebenaran dalam menyikapi keberadaan masyarakat tradisional yang saat ini cenderung jadi bahan obyek dan penghakiman.
Kelima, pengaruh liberalisasi sangat merugikan masyarakat, sebab yang ada system hukum rimba (siapa yang menang dia yang berkuasa) cenderung menyesatkan masyarakat pribumi dan menghilangkan nilai-nilai tepa selira (tenggang rasa) ditengah-tengah kehidupan masyarakat, dari tulisan diatas tentu liberalisasi menyalahi karakter masyarakat pribumi yang lebih arif dalam mengambil kebijakan.
0 komentar:
Posting Komentar