Membedah Politik Toleransi Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Ketika mendengar istilah kata toleransi, tentunya merupakan sebuah kata yang penuh keindahan dan menyejukkan hati, tetapi kalau toleransi sudah menjadi bumbu-bumbu politis, sudah tentu itu menjadi berbeda makna. Karena toleransi sudah menjadi topeng dalam permainan politis, untuk tujuan menghindari dari kesalahan yang diperbuat maupun  kesalahan dalam bentuk lain.

Cerita toleransi tidak pernah ada habisnya menyajikan sebuah kedamaian di tengah-tengah keberagaman, namun kalau istilah toleransi sudah menjadi kata politis, tentunya dibalik kata toleransi penuh dengan ambisi kepentingan. Sehingga kata toleransi yang sesungguhnya penuh dengan ikatan tepa selira, berganti menjadi kata permainan yang menguntungkan sepihak golongan gara-gara toleransi sudah dimainkan dalam ranah permainan politis.

Lalu seperti apa bentuk permainan politik istilah toleransi? Seperti seseorang yang menebar kebencian, baik masalah sara maupun masalah lain, tetapi di saat akan di adili oleh lembaga pengadilan atau di adili oleh masyarakat setempat, ternyata dia menggaungkan kata toleransi dengan berupaya memberikan penjelasan tentang kebebasan berpendapat dan terus memberikan pemikiran dengan kata toleransi berpendapat. Nah! disinilah istilah kata toleransi sudah menjadi bahan politis demi kepentingan segelintir orang semata, tetapi menegasikan kepentingan yang jauh lebih besar di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat.

Islam jelas menegaskan umat manusia untuk saling menghargai dengan cara tepa selira, Islam juga menganjurkan cara menghargai sesama manusia atas nama keadilan, tetapi toleransi yang bersifat politis dan jauh dari istilah keadilan, tentunya Islam sangat melarang hal tersebut. Dalam artian pandangan Islam terhadap politik toleransi yang jauh dari rasa keadilan dan tepa selira merupakan suatu hal yang di tentang dalam ajaran Islam.

Toleransi pada masa pasca reformasi tidak jarang dijadikan alat segelintir para politisi, untuk berupaya mewujudkan keberhasilan dalam melakukan beragam manuver politis dengan istilah toleransi, tetapi toleransi yang dibangun jauh dari sikap dan sifat yang penuh keadilan. Sehingga toleransi yang di bangun tidak mengandung makna tepa selira dan jauh dari kata saling menghargai antar satu sama lain. Namun yang ada hanya sebatas kepentingan politis semata.

Pandangan Islam sudah jelas toleransi yang penuh dengan keadilan dan penuh tepa selira merupakan hal yang sangat di anjurkan, tetapi kalau toleransi sudah menjadi bahan politis untuk kepentingan sesaat dan kepentingan golongan semata, dan tentunya jauh dari nilai-nilai keadilan. Nah! berangkat dari sinilah Islam jelas menolak toleransi yang demikian penuh dengan topeng kebohongan.

Membangun toleransi di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat, berarti sama dengan membangun pondasi keadilan yang penuh dengan kedamaian, tetapi membangun toleransi yang penuh dengan kepentingan politis, berarti sama dengan politik toleransi yang jauh dari nilai-nilai keadilan. Sehingga toleransi hanya di buat pemanis kata semata dengan tujuan membenarkan gagasan-gagasan pemikiran yang sepihak dan jauh dari rasa keadilan, tentunya ajaran Islam menolak istilah toleransi yang demikian itu.

Demi malam dan siang, Demi bulan dan bintang, Segala hidup dan matiku, kupasrahkan pada Ilahi sang maha pencipta langit dan bumi. Seluruh tarikan nafasku, kupasrahkan pada sang maha pencipta ruh dan jasadku, Amin...........

Tiga Wajah Islam Nusantara


By: Khoirul Taqwim

Islam Nusantara dalam kehidupan masyarakat Asia Tenggara sudah mengakar dan mendarah daging dalam budaya masyarakat. Sehingga masyarakat Asia Tenggara dapat hidup penuh dengan kedamaian dan ketenteraman saat menjalankan ibadah agama, tetapi di saat Islam Khilafah dan Islam liberal hadir di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat Asia Tenggara, ternyata membuat kegaduhan, Mengingat Islam Khilafah dan Islam liberal tidak sejalan dengan nafas kehidupan masyarakat Asia Tenggara.

Keberadaaan Islam Nusantara mempunyai tiga wajah yang penuh kedamaian dalam tatanan kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Sehingga keberadaan Islam Nusantara begitu membahagiakan bagi perjalanan ke-agamaan masyarakat Asia Tenggara dalam menjalankan ajaran Islam, tentunya disebabkan Islam Nusantara sangat menghargai kearifan lokal dalam membangun nilai-nilai kemanusiaan. Inilah kelebihan Islam Nusantara dalam menjalankan sebuah roda ke-agamaan yang sangat inklusif di saat membangun cara pandang masyarakat Asia Tenggara dalam melaksanakan dan memberikan paradigma pemikiran tentang  ajaran agama Islam.

Islam Nusantara mempunyai tiga wajah dalam menjalankan aktivitas ke-agamaan. Sehingga keberadaan Islam Nusantara sangat urgen di tengah-tengah realitas masyarakat Asia Tenggara, di antaranya.

1. Islam Nusantara mempunyai wajah yang sangat menghargai keberadaan semesta alam. Sehingga tak heran masyarakat Asia Tenggara sangat menjaga keutuhan alam, dengan cara menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga hutan-hutan dari penebangan liar, menjaga kebersihan sungai, menjaga gunung-gunung supaya hutannya tidak gundul, dan lain sebagainya. Nah! tentunya Islam Nusantara menekankan tentang menjaga keberadaan alam semesta dengan baik dan indah.

2. Islam Nusantara sangat menghormati dan menghargai semua makhluk hidup. Karena  semua makhluk hidup merupakan ciptaan Allah SWT. Sehingga sudah seharusnya kita menghormati dan menghargai semua makhluk hidup, khususnya menghormati dan menghargai sesama umat manusia dalam naungan hamba yang pasrah pada Ilahi.

 3. Islam Nusantara sangat menekankan bentuk ketaatan pada Ilahi. Sehingga masyarakat yang menjalankan Islam Nusantara akan terlihat sifat yang penuh tepa selira, penuh kesopanan, etika yang baik antar sesama, dan mempunyai keramah tamahan yang sungguh menakjubkan. Mengingat Islam Nusantara sangat menekankan ketaatan pada Ilahi sebagai bentuk maupun wujud kepasrahan jiwa dan raga kepada sang maha pencipta segala.

Berangkat dari tiga wajah Islam Nusantara di atas, dapat di ambil sebuah kesimpulan sederhana, bahwa dalam nafas kehidupan masyarakat Islam Nusantara yang ada di Asia Tenggara mempunyai sifat dan sikap menghargai dan menjaga semesta alam, Menghormati dan menghargai semua makhluk hidup,dan masyarakat Islam Nusantara mempunyai sifat yang penuh ketaatan pada Ilahi.

Dengan tulisan singkat di atas semoga saya dapat mengambil hikmah dan mencerna secara positif dalam memahami tiga wajah Islam Nusantara. Hingga pada akhirnya segala hidup dan matiku kupasrahkan pada Ilahi sang maha pencipta langit maupun sang maha pencipta bumi. Semoga kehendak keberkahan Ilahi selalu ada dalam jiwa dan ragaku, Amin........

Islam Nusantara Jawaban Dari Islam Khilafah Maupun Islam Liberal


By: Khoirul Taqwim

Ketika membicarakan Islam Nusantara seolah-olah pikiran dan jiwa kita di ajak untuk terbang menuju Asia Tenggara. Mengingat Islam Nusantara tumbuh kembang  bersama nafas kehidupan masyarakat Asia Tenggara dalam melakukan berbagai aktivitas keagamaan Islam yang penuh kedamaian dan persaudaraan, tetapi akhir-akhir ini setelah memasuki  zaman pasca reformasi  keberadaan Islam Nusantara di gempur habis-habisan melalui Jaringan Islam Khilafah maupun Jaringan Islam liberal.

Berangkat dari permasalahan yang terjadi setelah zaman memasuki era pasca reformasi, keberadaan Islam Nusantara mendapatkan tantangan dari paradigma pemikiran Islam budaya global yang terhimpun dengan berbagai jaringan Internasional, untuk menggempur keberadaan Islam Nusantara di wilayah Asia Tenggara. Lalu muncul pertanyaan sanggupkah Islam Nusantara menghadapi gempuran Jaringan Islam Khilafah maupun jaringan Islam Liberal? Nah! dari sinilah Islam Nusantara di uji dalam mempertahankan dan menaklukkan paradigma pemikiran jaringan Islam Khilafah maupun jaringan Islam liberal.

Paradigma pemikiran Islam Nusantara dalam menanggulangi berbagai gempuran  pemahaman Islam Khilafah maupun Islam liberal pasca reformasi, ternyata Islam Nusantara masih kokoh dan semakin menguat di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat desa maupun masyarakat kota. Sehingga Islam Nusantara hadir sebagai jawaban kegelisahan masyarakat Asia Tenggara dalam menghadapi berbagai gempuran pemahaman Islam Khilafah maupun Islam liberal yang cenderung ekstrimis dalam pemahamannya.

Islam Khilafah maupun Islam liberal tidak henti-hentinya dengan mengatasnamakan Islam, terus berupaya mencari celah masuk ke masyarakat Asia Tenggara, tentunya dengan tujuan menginginkan sebuah perubahan di dalam kehidupan masyarakat Asia Tenggara, untuk menjalankan gagasan Islam Khilafah yang mempunyai sifat segala tindakan seolah-olah hasil dari Al-Qur’an maupun Hadits, padahal semua itu tak lepas dari olah pikir yang di bangun Islam Khilafah dalam membentuk masyarakat yang sesuai dengan paradigma pemikiran Islam khilafah itu sendiri, begitu juga Islam liberal dengan segala cara memasukkan gagasan kebebasan dalam menjalankan agama, tentunya sesuai kebebasan yang menjadi gagasan dalam pemahaman Islam liberal di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat.

Keberadaan Islam Nusantara di masa sebelum reformasi telah mampu menanggulangi segala bentuk paradigma pemahaman ke-Islaman yang bersifat ekstrimis, tetapi di masa pasca reformasi gempuran pemahaman ke-Islaman ekstrimis semakin menguat hingga sampai mengakar. Maka berangkat dari sinilah Islam Nusantara terus menerus berupaya menjadi jawaban keberadaan Islam Khilafah maupun Islam liberal di tengah-tengah kegelisahan masyarakat Nusantara yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Masa pasca reformasi Islam Nusantara tetap mampu menunjukkan eksistensi diri sebagai pemahaman ke-Islaman yang menjunjung tinggi kearifan lokal dan menjunjung tinggi  pemahaman tentang keberagaman, tanpa mengesampingkan teks maupun konteks dalam pemahaman tentang ajaran agama Islam. Sehingga di masa pasca reformasi yang semakin menguat berbagai gempuran terhadap Islam Nusantara, terutama gempuran dari Islam Khilafah maupun Islam liberal, ternyata Islam Nusantara tetap mampu menjawab segala kegelisahan masyarakat yang di sebabkan paradigma dari hasil pemahaman Islam Khilafah maupun Islam liberal. Semua tak lepas eksistensi  diri masyarakat Asia Tenggara yang masih kokoh bangunan pondasi dalam pemahaman khazanah Islam Nusantara.

Segala kebenaran hanya milik Allah SWT, kita sebagai manusia hanya sebatas ikhtiar semata. Karena segala kehendak kita pasrahkan kepada sang maha pencipta segala, baik sang maha pencipta langit maupun sang maha pencipta bumi. Hingga pada titik akhirnya, semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat kepada kita dan selalu menjaga kita dalam keadaan sehat jiwa maupun keadaan sehat raga, Amin............

Perang Idiologi Islam di Kawasan Asia Tenggara


By: Khoirul Taqwim

Asia Tenggara menjadi target pemahaman idiologi Islam Khilafah maupun Islam liberal, tentunya dengan tujuan pemahaman Islam Khilafah maupun Islam liberal dapat terwujud di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat Nusantara. Sehingga dengan demikian terjadi benturan idiologi Islam Khilafah dengan Islam liberal, dan tentunya kedua idiologi itu dengan segala cara terlebih dahulu menjinakkan gagasan-gagasan dari idiologi Islam Nusantara.

Asia Tenggara merupakan kekuatan yang masih menjaga kearifan lokal dengan berbagai keberagaman yang dimilikinya. Sehingga gagasan Islam Khilafah maupun Islam liberal berusaha terus menerus melakukan berbagai aksi, mulai dari aksi tulis menulis sampai aksi pergerakan di lapangan, tentunya untuk mewujudkan sebuah gagasan idiologi yang ingin di capai di kawasan Asia Tenggara.

Paradigma Islam Khilafah maupun Islam liberal terus menerus berusaha menjinakkan pemahaman Islam Nusantara. Karena dengan menjinakkan Islam Nusantara, berarti sama dengan Islam Khilafah maupun Islam liberal telah berhasil menaklukkan masyarakat  di kawasan Asia Tenggara melalui idiologinya. Sehingga dengan segala kekuatan Islam Khilafah maupun Islam liberal melakukan sebuah pertarungan idiologi, untuk menggempur gagasan Islam Nusantara, supaya pemahaman Islam Nusantara dapat runtuh dalam pemahaman di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat Asia Tenggara.

Lalu muncul pertanyaan, seberapa besarkah perang idiologi Islam di kawasan Asia Tenggara? Sebesar kekuatan daya tulis dalam mempengaruhi budaya masyarakat Asia Tenggara, dan sebesar daya aksi dalam melakukan pergerakan paradigma Islam Khilafah maupun Islam liberal dalam menggempur paradigma pemikiran Islam Nusantara yang sudah mengakar di ranah budaya masyarakat di Asia Tenggara.

Perang idiologi Islam di kawasan Asia Tenggara tak lepas dari idiologi yang mulai memperlebarkan sayap dari wilayah timur tengah maupun wilayah bangsa barat dalam menerjemahkan tentang ajaran agama Islam. Sehingga mereka melakukan ekspansi pemahaman Islam Khilafah maupun Islam liberal dengan tujuan wilayah Asia Tenggara sebagai target-target gagasan yang di usungnya.

Muncul pertanyaan kembali, seberapa kuatkah Islam Nusantara menangkal idiologi Islam Khilafah maupun Islam liberal di kawasan Asia Tenggara? Sekuat pemahaman masyarakat Asia Tenggara dalam menjalankan ajaran Islam yang terhimpun dalam budaya kearifan lokal dan budaya menghargai sebuah keberagaman. Sehingga yang terjadi sebuah hasil yang saling toleransi dan jauh dari pemahaman ekstrimis dalam pemahaman tentang ajaran agama Islam. Karena akhir-akhir  masa pasca reformasi masyarakat Asia Tenggara telah mengalami perang idiologi Islam yang masuk dari wilayah timur tengah maupun wilayah bangsa barat, tentunya dengan berbagai Idiologi ke-Islaman yang di bawa dalam ranah politis dengan tujuan menaklukkan kawasan Asia Tenggara.

Dengan adanya perang idiologi di kawasan Asia Tenggara telah menunjukkan seberapa kokoh masyarakat Asia Tenggara menghadang gagasan ekstrimis, baik hasil dari gagasan Islam Khilafah maupun Islam Asia Tenggara. Maka untuk itulah masyarakat Asia Tenggara sudah waktunya mengatakan menolak segala aktivitas ekstrimis gagasan idiologi yang mengatasnamakan ajaran agama Islam.

Islam Nusantara sebagai pemahaman Islam yang lebih dinamis dan pemahaman Islam yang jauh dari pemahaman ekstrimis, tentunya Islam Nusantara masih mampu melakukan sebuah penjagaan dan memfilter  berbagai gagasan-gagasan idiologi ekstrimis, baik yang di hasilkan dari pemahaman Islam Khilafah maupun pemahaman Islam liberal. Berangkat dari sinilah dapat dikatakan Islam Nusantara sebagai penjaga masyarakat kawasan Asia tenggara dan sebagai bentuk perlawanan terhadap ekstrimis idiologi Islam, baik dari timur tengah maupun  dari bangsa barat.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada masyarakat Asia Tenggara, untuk terus menerus melakukan aksi tulis menulis maupun aksi gerakan di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat yang berupaya menolak gagasan-gagasan ekstrimis yang mengatasnamakan ajaran Islam. Hingga pada titik akhirnya, segala kebenaran hanya milik Allah SWT, sedangkan saya sebagai manusia biasa hanya sebatas ikhtiar dalam menerjemahkan tentang kebenaran ajaran agama Islam. Semoga Allah SWT mengampuni segala salah dan khilaf saya, Amin..............

Islam Khilafah Bukan Dari Al-Qur’an

By: Khoirul Taqwim

Islam Khilafah yang di dengung-dengungkan sebagian pemikir umat Islam di anggap sebuah ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, tentunya itu merupakan sebuah kebohongan besar. Nah! dari sinilah perlu ulasan yang lebih detail di balik kebohongan para pemikir Islam Khilafah dalam mendengungkan tentang negara dan bangsa yang berdasarkan Islam Khilafah.

Sebelum membaca lebih lanjut tentang  Islam Khilafah bukan dari Al-Qur’an, terlebih dahulu menyusun pertanyaan sederhana, kenapa Islam Khilafah yang di anggap pemerintahan beradasarkan syari’at Islam adalah kebohongan besar? Karena sudah jelas tidak ada satupun ayat Al-Qur’an yang jelas-jelas menerangkan tentang Islam Khilafah dalam Al-Qur’an. Namun ada sebagian pemikir  umat Islam yang menganggap Islam Khilafah sebagai ajaran Islam, tentunya itu sebatas tafsir politis yang jauh dari kebenaran. Mengingat agama Islam yang begitu besar dengan sumber daya manusia yang sangat luar biasa, para pemikir Islam Khilafah mencoba memberikan pemahaman dengan gambaran tafsir tentang Islam Khilafah yang seolah-olah sejalan dengan Al-Qur’an, padahal itu hanya olah pikir dari para pemikir Islam Khilafah itu semata.

Paradigma pemikiran Islam Khilafah telah di adopsi oleh para pemikir yang cenderung bersifat politis, untuk mencari dukungan dalam membangun pemerintahan Khilafah, walau dalam negara yang  akan di bangun dengan istilah Islam Khilafah sudah mempunyai aturan negara yang syah, tetapi para pemikir Islam Khilafah terus menerus mencoba memberikan pemahaman bahwa Islam Khilafah bersumber dari Al-Qur’an, padahal itu hasil dari olah pikir para pemikir khilafah yang cenderung akan haus politis dalam wadah kekuasaan.

Islam dan politik terus dijadikan alat oleh para pendukung Islam Khilafah dengan tujuan membuat negara yang berdasarkan pemahaman Islam Khilafah, tentunya para pemikir Islam Khilafah tidak perduli, walaupun dalam negara yang di jadikan ajang penyebaran Islam Khilafah sudah ada undang-undang yang mengatur tentang kenegaraan. Sehingga benturan tidak terelakkan ketika Islam Khilafah yang di bangun oleh para politisi dengan tujuan kekuasaan menyebar di negara yang tidak sejalan dengan pemahaman Islam Khilafah.

Para penyebar gagasan Islam Khilafah dengan jalan mencari pendukung yang sepaham dengan gagasan pembentukan negara berdasarkan pemerintahan Islam Khilafah di saat memasuki negara yang tidak mengadopsi Islam Khilafah, tentunya akan  terjadi sebuah pemahaman tentang negara di dalam negara. Nah! disinilah benturan terjadi dalam kehidupan sebuah negara dengan istilah “perang idiologi negara”.

Kebohongan Islam Khilafah terus menerus di dengung-dengungkan, mulai dari pemikiran yang menganggap pemerintahan selain Islam Khilafah di anggap pemerintahan kafir, dan tentunya harus diganti dengan pemerintahan yang mengadopsi Islam Khilafah, padahal semua itu tidak lepas bahwa Islam Khilafah hasil dari olah pikir segelintir umat yang mengatasnamakan kepentingan agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an, padahal sudah jelas Al-Qur’an tidak ada satu ayatpun yang menerangkan tentang Islam Khilafah secara konkrit, tetapi mereka tidak henti-hentinya para pendukung Islam Khilafah berusaha memberikan penafsiran tentang Al-Qur’an untuk terus di bawa dalam ranah kepentingan untuk membangun Islam Khilafah.

Ketika Islam Khilafah itu di anggap ada dalam Al-Qur’an, berarti sama dengan mengada-ada dalam ajaran Islam. Karena apabila Islam Khilafah itu ada dalam Al-Qur’an, tentunya malah mengkerdilkan makna Al-Qur’an itu sendiri. Karena Islam Khilafah sudah di anggap sebagai kebenaran mutlak yang harus di wujudkan di dalam kehidupan semesta alam. Maka untuk itulah para pemikir Islam Khilafah sudah seharusnya sadar diri tentang pemikiran Islam Khilafah bukan dari Al-Qur’an, tetapi sebatas hasil olah pikir yang di gaung-gaungkan oleh para pendukung Islam Khilafah dengan segudang agenda politis para pemikirnya.

Dengan membuka pemikiran mengenai Islam Khilafah tidak ada dalam Al-Qur’an, berarti sama dengan mencerdaskan umat Islam, bagaimana tidak? Karena umat Islam mampu memilah tentang Al-Qur’an yang murni dengan Al-Qur’an yang sudah menjadi hasil olah pikir dalam pemahamannya. Nah! berangkat dari sinilah keberadaan Islam Khilafah telah di formulasikan para pemikir Islam Khilafah dengan tujuan kekuasaan dengan memainkan isu agama Islam, padahal Islam Khilafah sudah jelas sebagai hasil olah pikir yang mengada-ada dalam memberikan pemahaman tafsir tentang Al-Qur’an, dan pada titik akhirnya, bahwa Islam Khilafah merupakan hasil rekayasa olah pikir para pemikir Islam Khilafah itu sendiri.

Demi langit dan bumi, demi siang dan malam. Segala kebenaran hanya milik Allah SWT dan jangan sekali-kali mengatasnamakan Al-Qur’an untuk kepentinganmu, padahal Al-Qur’an sudah jelas tidak menerangkan demikian. Semoga Allah SWT memberikan ampunan kepada kita semua, Amin............

Wahai Kerudung Bidadari


By: Khoirul Taqwim

Sinar rembulan
Pecahkan kegelapan samudra malam
Buat suka cita rasa
Saat sepi melintas dalam dekapan jiwa

Wahai wajah-wajah kerudung Bidadari
Kau adalah: hiasan hidup yang terindah
Dari keindahan-keindahan yang ada
Hingga dalam detakan jiwa sang lelaki
Hanyut dalam lamunan malam ini

Wahai wajah-wajah kerudung Bidadari
Tahukah dikau adalah: bagian permata qalbu
Menenangkan di setiap jiwa raga
Hingga tak terasa hati ini jatuh dalam asmaramu
Karena di kau pemilik dewi kecantikan
Tiada tara keindahan wajah-wajahmu

Duhai Bidadari kerudung ayu jelita
Membentang di samudra terang warna
Langit cakrawala saksi bisu
Atas keindahanmu yang tiada tara

Wahai kerudung Bidadari
Kau adalah: permata singgasana
Penuh keelokan ayu jelita
Dengan sejuta warna rasa dalam jiwa

Duhai wajah-wajah kerudung Bidadari
Menari di setiap jengkal sang lelaki
Karena di kau ratu kecantikan
Dengan wajah kelembutan elok rupawan

Islam Nusantara Dalam Perspektif Islam

By: Khoirul Taqwim

Kajian Islam Nusantara sudah menjadi bagian dari Ke-Ilmuan di berbagai dunia kampus. Mengingat Islam Nusantara begitu fenomenal untuk menjadi bahan pembahasan, apalagi Islam Nusantara merupakan sebuah keniscayaan di tengah-tengah keberagaman masyarakat, tentunya tak lepas dari pemahaman masyarakat Nusantara tentang ajaran Islam yang di bawa oleh para da’i dalam menyebarkan ajaran Islam di kawasan Nusantara.

Islam Nusantara lahir dari paradigma pemikiran tentang realitas kehidupan masyarakat dalam memberikan sebuah jawaban dan mempraktekkan tentang ajaran Islam. Sehingga Islam Nusantara lebih kental dengan kearifan lokal. Karena ajaran Islam Nusantara yang di bawa para da’i, baik para da’i dari luar kawasan Nusantara maupun para da’i dari kawasan Nusantara itu sendiri. Semua tak lepas dalam penyebaran ajaran Islam dengan melihat realitas kearifan lokal dalam penyebaran agama Islam.

Sebenarnya, keberadaan Islam Nusantara hanya sebuah istilah untuk memudahkan dalam pemahaman para peneliti maupun para pemerhati tentang ke-Islaman yang ada di kawasan Nusantara dalam memberikan pemahaman tentang keberadaan Islam yang berada di tengah-tengah realitas masyarakat Nusantara.

Tak sedikit pula pengkritik Islam Nusantara menganggap bahwa istilah Islam Nusantara hanya pola pikir yang menjauhkan dari makna dalam ajaran Islam itu sendiri. Karena istilah Islam Nusantara tidak ada di zaman Nabi maupun di zaman sahabat Nabi. Nah! Dari sinilah pemahaman para pengkritik eksistensi Islam Nusantara telah terjebak dalam olah bahasa semata, padahal istilah Islam Nusantara hanya sebatas bahasa untuk memudahkan para pemiikir dalam memberikan pemetaan tentang masyarakat Islam yang tinggal di kawasan Nusantara, tentunya dalam pemahaman masyarakat Nusantara dalam mempraktekkan ajaran Islam  di tengah-tengah realitas kehidupannya.

Lalu bagaimana  Islam Nusantara dalam perspektif Islam? Jelas Islam tumbuh-kembang bersama realitas budaya masyarakat Islam. Sehingga Islam Nusantara merupakan sebuah jalan para da’i dalam penyebaran agama Islam dengan cara memasukkan ajaran Islam melalui budaya masyarakat setempat, khususnya budaya masyarakat Nusantara yang telah terjadi evolusi yang memakan waktu panjang dalam pemahaman tentang ajaran ke-Islaman. Sehingga ajaran Islam Nusantara merupakan sebuah jalan para da’i mulai dari zaman dahulu kala, hingga zaman sekarang dalam mewujudkan ajaran Islam dengan merubah budaya dari yang jauh dari ajaran Islam, untuk terus menerus berevolusi menuju kebenaran ajaran Islam. Sehingga keberadaan Islam Nusantara tak lepas dari jalan menuju Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam semesta.

Perspektif Islam dalam memberikan pemahaman tentang Islam Nusantara merupakan sebuah hasil ijtihad yang penuh kemaslahatan. Karena Islam Nusantara dalam menyebarkan ajaran Islam sangat menentang adanya sebuah benturan negatif di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat. Karena jalan Islam Nusantara dalam memberikan pemahaman dan mempraktekkan ajaran Islam penuh dengan kelembutan dan terus menerus berevolusi menuju ajaran Islam yang sempurna. Sehingga keberadaan Islam Nusantara sangat menjunjung tinggi keberagaman dan sangat jauh dari pemaksaan sebuah kehendak dalam menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah realitas budaya masyarakat.

Islam Nusantara dalam perspektif Islam sangat tepat sebagai jalan dakwah ajaran Islam. Mengingat ajaran Islam yang di sebarkan melalui Islam Nusantara dengan jalan evolusi budaya telah menghasilkan kedamaian yang penuh luar biasa. Sehingga ajaran Islam Nusantara mampu menuju agama Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam semesta.

Ajaran Islam sudah jelas menegaskan bahwa masyarakat tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Sehingga dengan adanya Islam Nusantara diharapkan menjadi jalan evolusi masyarakat yang pada awalnya tidak mengerti sama sekali tentang agama Islam, tetapi dengan adanya paradigma pemikiran Islam Nusantara dapat berevolusi menjadi mengerti dan menjalankan ajaran Islam dengan penuh suka cita, tanpa paksaan dan tekanan dalam menjalankan ajaran Islam. Nah! dari sinilah peran Islam Nusantara membangun masyarakat menuju jalan evolusi ajaran Islam melalui budaya keseharian masyarakat Nusantara dapat terwujud. Sehingga pada masanya masyarakat Nusantara menjadi masyarakat yang terus berevolusi untuk lebih baik dalam menjalan ajaran Islam yang penuh keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak.

Semoga Allah SWT memberikan pemahaman dan kecerdasan untuk para pembaca artikel singkat di atas, dan khususnya memberikan pemahaman dan kecerdasan bagi penulis artikel tentang Islam Nusantara dalam perspektif Islam yang telah di baca oleh para pembaca di atas, Amin.......................

Islam Khilafah Dalam Pandangan Islam


By: Khoirul Taqwim

Islam Khilafah sudah menjadi pembahasan yang tidak asing lagi di berbagai kehidupan masyarakat luas, baik dari kehidupan masyarakat bawah sampai dari kehidupan masyarakat atas. Hingga sampailah menjadi perdebatan sengit tentang Islam khilafah dalam pembahasan dari berbagai sudut cara pandang para sarjana-sarjana barat maupun para sarjana-sarjana timur. Sehingga Islam Khilafah merupakan sebuah realitas yang tidak hanya tumbuh kembang dalam kehidupan sebagian  masyarakat Islam Nusantara, tetapi Islam Khilafah telah menjadi fenomena bagi realitas kehidupan masyarakat di seluruh belahan dunia.

Keberadaan Islam Khilafah dianggap sebuah keniscayaan yang diwujudkan melalui pendirian negara yang berdasarkan aturan-aturan yang menjadi pola pikir para pengusung Islam Khilafah. Sehingga Islam Khilafah berusaha memberikan pemahaman tentang ajaran Islam dalam menerjemahkan di tengah-tengah realitas kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara, untuk mewujudkan negara Khilafah dari hasil olah pola pikir sebagian umat Islam dalam memberikan pemahaman tentang Ilmu pemerintahan Islam.

Melihat tentang pemahaman Islam Khilafah tak lepas dari hasil olah pikir sebagian umat Islam dalam menerjemahkan pembentukan sebuah pemerintahan yang berdasarkan ajaran Islam yang menjadi keyakinannya, tetapi semua tak lepas dari hasil olah pikir sebagian umat Islam dalam menafsirkan tentang ajaran Islam yang dibangun dengan pencapaian sebuah pembentukan negara dan bangsa yang berdasarkan dari pemahaman Islam Khilafah.

Pandangan Islam tentang Islam Khilafah tak lepas sebatas hasil olah pikir yang kebenarannya masih dalam bentuk sebuah tafsir. Sehingga keberadaan Islam Khilafah dalam ajaran Islam hanya sebatas tafsir semata, bukan kebenaran yang  mutlak dari hasil Al-Qur’an maupun dari Hadits Nabi. Tetapi Islam Khilafah tak lepas dari pemahaman yang dilandasi sebuah tafsir yang kebenarannya juga masih multi tafsir.

Lalu muncul  pertanyaan, kenapa Islam Khilafah dari hasil olah pikir sebagian umat manusia telah dianggap mutlak kebenarannya oleh sebagian umat? Bahkan ada yang menganggap Islam Khilafah sebuah keniscayaan yang tidak boleh di ingkari. Karena mengingkari Islam Khilafah sama dengan mengingkari ajaran Islam, tentunya semua itu tak lepas dari cara pandang sebagian politisi yang mengatasnamakan ajaran  Islam, padahal untuk kepentingan individu atau kepentingan kelompok politisi tersebut. Semua tak lepas mencari kursi kekuasaan dengan berusaha mengambil keuntungan dengan adanya paradigma pemikiran mengenai  pemahaman Islam Khilafah itu sendiri.

Pertanyaan kembali muncul dalam benak maupun pikiran, apakah berarti Islam Khilafah bukan ajaran Islam murni yang di bawa Nabi Muhammad SAW?  Tentunya bukan, Islam Khilafah bukan pemahaman Nabi Muhammad SAW dalam membangun sebuah tatanan bangsa dan negara, tetapi Islam Khilafah hadir sebagai cara pandang dalam menafsirkan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sehingga ajaran Islam Khilafah tak lepas hanya sebatas olah pikir manusia semata dalam memberikan pemahaman tentang negara dan bangsa yang beradasarkan hasil ijtihad para pemikir Islam Khilafah itu sendiri dalam memberikan pemahaman tentang kebangsaaan maupun pemahaman tentang kenegaraan.

Lalu muncul pertanyaan kembali dalam benak maupun pikiran, bagaimana tentang Islam Khilafah dalam pandangan Islam? Sudah jelas Islam mengatur segala aktivitas kehidupan umat manusia, baik dari sudut pandang profan maupun sakral, tetapi permasalahan Islam Khilafah dalam pandangan Islam sudah jelas, bahwa Islam dalam mengatur tentang negara berdasarkan keadilan dan kemanusiaan, tentunya bukan berdasarkan Islam Khilafah. Sehingga dapat dikatakan bahwa Islam Khilafah hanya sebatas hasil olah pikir manusia dalam mengembangkan paradigma pemikirannya, untuk tujuan dalam menerjemahkan permasalahan kenegaraan maupun kebangsaan  

Dengan diterbitkan tulisan singkat di atas, Semoga Allah SWT memberikan pemahaman paradigma pemikiran, khususnya untuk penulis dan umumnya untuk masyarakat yang membaca tulisan singkat ini, Amin....................